Khamis, 22 November 2007

BICARAMU DIKALA SENJA

Ketika senja melabuhkan tirainya. Aku masih termangu merenung di jendela… teringat memori bermusim nan yang lalu… saat kita duduk berdua sambil bercanda. Tawamu memecah sukma…. Melihat aku yang dipersenda….. bicaramu

Sayang….
Cuba lihat disana

Di atas sana, putih, berarak
Awan…Awan kasih lembut, terbentuk dari titik-titik rindu yang menguap.
Awan kasihku untukmu.

Sayang….
Cuba lihat disana
Di atas sana, berkelap-kelip, di langit

Bintang yang kuambil malam tadi
Satu dari tujuh bintang utara yang kuambil untukmu. bila mana aku naik ke atap dan memikirkanmu. Dalam sekejap, bintang itu dengan mudahnya kugapai. Kutaruh lebih dekat, agar dapat menerangi lelapmu saat malam tiba. Satu dari tujuh bintang utara itu untukmu.

Sayang….
Itu, di sebelah sana, mekar, semerbak

Kembang harap
Ya, kembang harap. Mekar dan wanginya bertambah seiring dengan harap yang kuucap dalam doa. Kembang harap itu untukmu.

Sayang.....

Itu, di atas sana, di barat langit
Itu lantunan senja

Kala senja tiba, langit akan menyanyikan nada terbaiknya menghasilkan lantunan senja, komposisinya terpatri di barat langit dengan semburat jingga nan elok. Lantunan senja itu untukmu.

Sayang
Itu, di sana, tinggi, menjulang

Itu bukit rindu
Setiap rindu yang terbit dalam hati, tumbuh menjadi bukit rindu. Bukit rindu ini untukmu.

Sayang
Itu, di sana, rintik, gerimis

Itu gerimis bahagia
Ya, gerimis bahagia.
Saat tawamu berderai, gelakmu terurai, bahumu terguncang dan matamu mengecil, gerimis ini turun. Sengaja aku memilih sore hari. Setelah rintiknya usai, kau dapat mencium aroma tanah dan menghadirkan aku disana. Gerimis bahagia ini untukmu.

Sayang.....

Itu, di sana, berdua, bersisian
Itu kita sayang
Berdua. Bersisian. Melangkah menuju rumah senja yang kita bangun. Rumah senja dengan awan kasih, satu dari tujuh bintang utara yang aku ambil, kembang harap, lantunan senja, bukit rindu dan gerimis bahagia. Kita. Berdua. Menuju rumah senja. Dan memelukmu dari belakang, mencuri harummu, mengagumi gelakmu, menikmati menit-menit yang kita habiskan bersama, mengecupmu di lengkung alis, kala jemari kita bertautan. Cepat sedikit sayang. Rumah senja itu tampak semakin jelas…


*** aku masih rindu kemesraan kita nan lalu. Disenja ini masih jelas segala-galanya. Kemesraan yang kita bina. Aku rindukanmu yang masih berada di hati… walauku halau… namun ia muncul bersama bait-bait rindu di sanubari… Abadi selamanya.... MAYA....

Tiada ulasan: